Maksiat Menghalangi Ilmu Pengetahuan
Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Namun, kemaksiatan dalam hati dapat menghalangi dan memadamkan cahaya tersebut. Ketika Imam Malik melihat kecerdasan dan daya hafal Imam Syafi’i yang luar biasa, beliau (Imam Malik) berkata, „Aku melihat Allah telah menyiratkan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat.
Maksiat Menghalangi Rezki
Jika ketakwaan adalah penyebab datangnya rizki. Maka meninggalkannya berarti menimbulkan kefakiran. „Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya" (HR. Ahmad)
Maksiat Menimbulkan Jarak Dengan Allah
Diriwayatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada seorang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif berpesan, „Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka tinggalkanlah (perbuatan dosa itu). Dalam hati kita, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa diatas dosa."
Maksiat Menjauhkan Pelakunya dengan Orang Lain
Maksiat menjauhkan pelakunya dari orang lain, terutama dari golongan yang baik. Semakin berat tekanannya, maka semakin jauh pula jaraknya hingga berbagai manfaat dari orang yang baik terhalangi. Kesunyian dan kegersangan ini semakin menguat hingga berpengaruh pada hubungan dengan keluarga, anak-anak dan hati nuraninya sendiri.
Seorang salaf berkata, „Sesungguhnya aku bermaksiat kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang (kendaraan) dan istriku."
Maksiat Menyulitkan Urusan
Jika ketakwaan dapat memudahkan segala urusan, maka pelaku maksiat akan menghadapi kesulitan dalam menghadapi segala urusannya. Maksiat Menggelapkan Hati Ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah gelap gulita.
Ibnu Abbas ra berkata, „Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rizki dan kebencian makhluk."
Maksiat Melemahkan Hati dan Badan
Kekuatan seorang mukmin terpancar dari kekuatan hatinya. Jika hatinya kuat maka kuatlah badannya. Tapi bagi pelaku maksiat, meskipun badannya kuat, sesungguhnya dia sangat lemah jika kekuatan itu sedang dia butuhkan, hingga kekuatan pada dirinya sering menipu dirinya sendiri. Lihatlah bagaimana kekuatan fisik dan hati kaum muslimin yang telah mengalahkan kekuatan fisik bangsa Persia dan Romawi.
Maksiat Menghalangi Ketaatan
Orang yang melakukan dosa dan maksiat akan cenderung untuk memutuskan ketaatan. Seperti selayaknya orang yang satu kali makan tetapi mengalami sakit berkepanjangan dan menghalanginya dari memakan makanan lain yang lebih baik.
Maksiat Memperpendek Umur dan Menghapus Keberkatan
Pada dasarnya, umur manusia dihitung dari masa hidupnya. Sementara itu tak ada yang namanya hidup kecuali jika kehidupan itu dihabiskan dengan ketaatan, ibadah, cinta dan dzikir kepada Allah serta mementingkan keridhaan-Nya.
Maksiat Menumbuhkan Maksiat Lain
Seorang ulama Salaf berkata, bahwa jika seorang hamba melakukan kebaikan, maka hal tersebut akan mendorong dia untuk melakukan kebaikan yang lain dan seterusnya. Dan jika seorang hamba melakukan keburukan, maka dia pun akan cenderung untuk melakukan keburukan yang lain sehingga keburukan itu menjadi kebiasaan bagi si pelaku.
Maksiat Mematikan Bisikan Hati Nurani
Maksiat dapat melemahkan hati dari kebaikan dan sebaliknya akan menguatkan kehendak untuk berbuat maksiat yang lain. Maksiat pun dapat memutuskan keinginan untuk bertobat. Inilah yang akan menjadi penyakit hati yang paling besar.
Maksiat Menghilangkan Keburukan Maksiat Itu Sendiri dan Memudahkan Dosa
Jika orang sudah biasa berbuat maksiat, maka ia tidak lagi buruk memandang perbuatan itu, sehingga maksiat itu menjadi adat kebiasaan. Ia pun tidak lagi mempunyai rasa malu melakukannya, bahkan memberitakannya kepada orang lain tentang perbuatannya itu. Dosa yang dilakukannya dianggapnya ringan dan kecil. Padahal dosa itu adalah besar di mata Allah swt.
Maksiat Warisan Umat Yang Pernah Diazab
Misalnya, homoseksual adalah warisan umat nabi Luth as. Perbuatan curang dengan mengurangi takaran adalah peninggalan kaum Syu’aib as. Kesombongan di muka bumi dan menciptakan berbagai kerusakan adalah milik Fir’aun dan kaumnya. Sedangkan takabur dan congkak merupakan warisan kaum Hud as.
Dengan demikian bisa dikatakan, bahwa pelaku maksiat jaman sekarang adalah kaum yang memakai baju atau mencontoh umat terdahulu yang menjadi musuh Allah swt.
Dalam musnad Imam Ahmad dari Ibmu Umar disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, „ ... Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongannya."
Maksiat Menimbulkan Kehinaan dan Mewariskan Kehinadinaan
Kehinaan itu tidak lain adalah akibat perbuatan maksiatnya kepada Allah sehingga Allah pun menghinakannya. „...Dan barang siapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki." (QS. Al-Hajj:18)
Sedangkan kemaksiatan itu akan melahirkan kehinadinaan, karena kemuliaan itu hanya akan muncul dari ketaatan kepada Allah swt. „Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah lah kemuliaan itu ..." (QS. Al-Faathir:10)
Seorang Salaf pernah berdoa, „Ya Allah, anugerahilah aku kemuliaan melalui ketaatan kepada Mu, dan janganlah Engkau hina dinakan aku karena aku bermaksiat kepada Mu."
Maksiat Merusak Akal
Ulama Salaf berkata, bahwa seandainya seseorang itu masih berakal sehat, maka akal sehatnya itulah yang akan mencagahnya dari kemaksiatan kepada Allah. Dia akan berada dalam genggaman Allah, sementara malaikat menyaksikan dan nasihat Al-Qur’an pun mencegahnya, begitu pula dengan nasehat keimanan. Tidaklah seseorang melakukan maksiat kecuali akalnya telah hilang.
Maksiat Menutup Hati
Allah berfirman, „Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." (Al-Muthoffifiin:14)
Imam Hasan mengatakan hal itu sebagai dosa yang berlapis dosa. Ketika dosa dan maksiat telah menumpuk maka hatinya pun telah tertutup.
Maksiat Dilaknat Rasulullah saw
Rasulullah saw melaknat perbuatan maksiat seperti mengubah petunjuk jalan, padahal petunjuk jalan itu sangat penting (HR Bukhari), melakukan perbuatan homoseksual (HR Muslim), menyerupai laki-laki bagi wanita dan menyerupai wanita bagi laki-laki, mengadakan praktek suap-manyuap (HR Tarmidzi) dan sebagainya.
Maksiat Menghalangi Syafaat Rasul dan Malaikat
kecuali bagi mereka yang bertobat dan kembali ke pada jalan yang lurus, sebagaimana Allah swt berfirman : „(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan) : „Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyla-nyala. Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang soleh diantara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan ... „ (QS: Al-Mukmin:7-9)
Maksiat Melenyapkan Malu
Malu adalah pangkal kebajikan, jika rasa malu telah hilang, hilangkah seluruh kebaikannya. Rasulullah bersabda : „Malu itu merupakan kebaikan seluruhnya. Jika kamu tidak merasa malu, berbuatlah sesukamu." (HR. Bukhari)
Maksiat Meremehkan Allah
Jika seseorang berlaku maksiat, disadari atau tidak, rasa untuk mengagungkan Allah perlahan-lahan lenyap dari hati. Jika perasaan itu masih ada, tentulah ia akan mencegahnya dari berlaku maksiat.
Maksiat Memalingkan Perhatian Allah
Allah akan membiarkan orang yang terus-menerus berbuat maksiat berteman dengan syaitan. Allah berfirman : „Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hasyir:19)
Maksiat Melenyapkan Nikmat dan Mendatangkan Azab
Allah berfirman : „Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS Asy-Syura:30)
Ali ra berkata : „Tidaklah turun bencana malainkan karena dosa. Dan tidaklah bencana lenyap melainkan karena tobat."
Maksiat Memalingkan Istiqamah
Orang yang hidup di dunia ini bagaikan seorang pedagang. Pedagang yang cerdik tentu akan menjual barangnya kepada pembeli yang sanggup membayar dengan harga tinggi. Ialah Allah yang akan membeli barang itu dan dibayarnya dengan kehidupan surga yang abadi. Jika seseorang menjualnya dengan imbalan kehidupan dunia yang fana, ketika itulah ia tertipu.
Sumber : Al-Qur'an & Sunnah „Akibat Berbuat Maksiat" karya Ibnu Qayyim Al-Jauziah
Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Namun, kemaksiatan dalam hati dapat menghalangi dan memadamkan cahaya tersebut. Ketika Imam Malik melihat kecerdasan dan daya hafal Imam Syafi’i yang luar biasa, beliau (Imam Malik) berkata, „Aku melihat Allah telah menyiratkan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat.
Maksiat Menghalangi Rezki
Jika ketakwaan adalah penyebab datangnya rizki. Maka meninggalkannya berarti menimbulkan kefakiran. „Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya" (HR. Ahmad)
Maksiat Menimbulkan Jarak Dengan Allah
Diriwayatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada seorang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif berpesan, „Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka tinggalkanlah (perbuatan dosa itu). Dalam hati kita, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa diatas dosa."
Maksiat Menjauhkan Pelakunya dengan Orang Lain
Maksiat menjauhkan pelakunya dari orang lain, terutama dari golongan yang baik. Semakin berat tekanannya, maka semakin jauh pula jaraknya hingga berbagai manfaat dari orang yang baik terhalangi. Kesunyian dan kegersangan ini semakin menguat hingga berpengaruh pada hubungan dengan keluarga, anak-anak dan hati nuraninya sendiri.
Seorang salaf berkata, „Sesungguhnya aku bermaksiat kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang (kendaraan) dan istriku."
Maksiat Menyulitkan Urusan
Jika ketakwaan dapat memudahkan segala urusan, maka pelaku maksiat akan menghadapi kesulitan dalam menghadapi segala urusannya. Maksiat Menggelapkan Hati Ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah gelap gulita.
Ibnu Abbas ra berkata, „Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rizki dan kebencian makhluk."
Maksiat Melemahkan Hati dan Badan
Kekuatan seorang mukmin terpancar dari kekuatan hatinya. Jika hatinya kuat maka kuatlah badannya. Tapi bagi pelaku maksiat, meskipun badannya kuat, sesungguhnya dia sangat lemah jika kekuatan itu sedang dia butuhkan, hingga kekuatan pada dirinya sering menipu dirinya sendiri. Lihatlah bagaimana kekuatan fisik dan hati kaum muslimin yang telah mengalahkan kekuatan fisik bangsa Persia dan Romawi.
Maksiat Menghalangi Ketaatan
Orang yang melakukan dosa dan maksiat akan cenderung untuk memutuskan ketaatan. Seperti selayaknya orang yang satu kali makan tetapi mengalami sakit berkepanjangan dan menghalanginya dari memakan makanan lain yang lebih baik.
Maksiat Memperpendek Umur dan Menghapus Keberkatan
Pada dasarnya, umur manusia dihitung dari masa hidupnya. Sementara itu tak ada yang namanya hidup kecuali jika kehidupan itu dihabiskan dengan ketaatan, ibadah, cinta dan dzikir kepada Allah serta mementingkan keridhaan-Nya.
Maksiat Menumbuhkan Maksiat Lain
Seorang ulama Salaf berkata, bahwa jika seorang hamba melakukan kebaikan, maka hal tersebut akan mendorong dia untuk melakukan kebaikan yang lain dan seterusnya. Dan jika seorang hamba melakukan keburukan, maka dia pun akan cenderung untuk melakukan keburukan yang lain sehingga keburukan itu menjadi kebiasaan bagi si pelaku.
Maksiat Mematikan Bisikan Hati Nurani
Maksiat dapat melemahkan hati dari kebaikan dan sebaliknya akan menguatkan kehendak untuk berbuat maksiat yang lain. Maksiat pun dapat memutuskan keinginan untuk bertobat. Inilah yang akan menjadi penyakit hati yang paling besar.
Maksiat Menghilangkan Keburukan Maksiat Itu Sendiri dan Memudahkan Dosa
Jika orang sudah biasa berbuat maksiat, maka ia tidak lagi buruk memandang perbuatan itu, sehingga maksiat itu menjadi adat kebiasaan. Ia pun tidak lagi mempunyai rasa malu melakukannya, bahkan memberitakannya kepada orang lain tentang perbuatannya itu. Dosa yang dilakukannya dianggapnya ringan dan kecil. Padahal dosa itu adalah besar di mata Allah swt.
Maksiat Warisan Umat Yang Pernah Diazab
Misalnya, homoseksual adalah warisan umat nabi Luth as. Perbuatan curang dengan mengurangi takaran adalah peninggalan kaum Syu’aib as. Kesombongan di muka bumi dan menciptakan berbagai kerusakan adalah milik Fir’aun dan kaumnya. Sedangkan takabur dan congkak merupakan warisan kaum Hud as.
Dengan demikian bisa dikatakan, bahwa pelaku maksiat jaman sekarang adalah kaum yang memakai baju atau mencontoh umat terdahulu yang menjadi musuh Allah swt.
Dalam musnad Imam Ahmad dari Ibmu Umar disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, „ ... Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongannya."
Maksiat Menimbulkan Kehinaan dan Mewariskan Kehinadinaan
Kehinaan itu tidak lain adalah akibat perbuatan maksiatnya kepada Allah sehingga Allah pun menghinakannya. „...Dan barang siapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki." (QS. Al-Hajj:18)
Sedangkan kemaksiatan itu akan melahirkan kehinadinaan, karena kemuliaan itu hanya akan muncul dari ketaatan kepada Allah swt. „Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah lah kemuliaan itu ..." (QS. Al-Faathir:10)
Seorang Salaf pernah berdoa, „Ya Allah, anugerahilah aku kemuliaan melalui ketaatan kepada Mu, dan janganlah Engkau hina dinakan aku karena aku bermaksiat kepada Mu."
Maksiat Merusak Akal
Ulama Salaf berkata, bahwa seandainya seseorang itu masih berakal sehat, maka akal sehatnya itulah yang akan mencagahnya dari kemaksiatan kepada Allah. Dia akan berada dalam genggaman Allah, sementara malaikat menyaksikan dan nasihat Al-Qur’an pun mencegahnya, begitu pula dengan nasehat keimanan. Tidaklah seseorang melakukan maksiat kecuali akalnya telah hilang.
Maksiat Menutup Hati
Allah berfirman, „Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." (Al-Muthoffifiin:14)
Imam Hasan mengatakan hal itu sebagai dosa yang berlapis dosa. Ketika dosa dan maksiat telah menumpuk maka hatinya pun telah tertutup.
Maksiat Dilaknat Rasulullah saw
Rasulullah saw melaknat perbuatan maksiat seperti mengubah petunjuk jalan, padahal petunjuk jalan itu sangat penting (HR Bukhari), melakukan perbuatan homoseksual (HR Muslim), menyerupai laki-laki bagi wanita dan menyerupai wanita bagi laki-laki, mengadakan praktek suap-manyuap (HR Tarmidzi) dan sebagainya.
Maksiat Menghalangi Syafaat Rasul dan Malaikat
kecuali bagi mereka yang bertobat dan kembali ke pada jalan yang lurus, sebagaimana Allah swt berfirman : „(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan) : „Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyla-nyala. Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang soleh diantara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan ... „ (QS: Al-Mukmin:7-9)
Maksiat Melenyapkan Malu
Malu adalah pangkal kebajikan, jika rasa malu telah hilang, hilangkah seluruh kebaikannya. Rasulullah bersabda : „Malu itu merupakan kebaikan seluruhnya. Jika kamu tidak merasa malu, berbuatlah sesukamu." (HR. Bukhari)
Maksiat Meremehkan Allah
Jika seseorang berlaku maksiat, disadari atau tidak, rasa untuk mengagungkan Allah perlahan-lahan lenyap dari hati. Jika perasaan itu masih ada, tentulah ia akan mencegahnya dari berlaku maksiat.
Maksiat Memalingkan Perhatian Allah
Allah akan membiarkan orang yang terus-menerus berbuat maksiat berteman dengan syaitan. Allah berfirman : „Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hasyir:19)
Maksiat Melenyapkan Nikmat dan Mendatangkan Azab
Allah berfirman : „Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS Asy-Syura:30)
Ali ra berkata : „Tidaklah turun bencana malainkan karena dosa. Dan tidaklah bencana lenyap melainkan karena tobat."
Maksiat Memalingkan Istiqamah
Orang yang hidup di dunia ini bagaikan seorang pedagang. Pedagang yang cerdik tentu akan menjual barangnya kepada pembeli yang sanggup membayar dengan harga tinggi. Ialah Allah yang akan membeli barang itu dan dibayarnya dengan kehidupan surga yang abadi. Jika seseorang menjualnya dengan imbalan kehidupan dunia yang fana, ketika itulah ia tertipu.
Sumber : Al-Qur'an & Sunnah „Akibat Berbuat Maksiat" karya Ibnu Qayyim Al-Jauziah
No comments:
Post a Comment