





Salam teman-teman,
Mari kita melihat akibat berbuat maksiat. Bukan sahaja akibat di akhirat bahkan di dunia. Islam adalah agama untuk kehidupan dunia dan akhirat.
(Bagian 1 : Pengantar)
„Seorang mukmin jika berbuat satu dosa, maka ternodalah hatinya dengan senoktah warna hitam. Jika dia bertobat dan beristighfar, hatinya akan kembali putih bersih. Jika ditambah dengan dosa lain, noktah itu pun bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah karat yang disebut-sebut Allah dalam ayat ,
كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَّا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
„Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." (QS Al-Muthoffifiin : 14) (HR Tarmidzi)
Perbuatan Maksiat Dalam Al-Qur'an Allah swt berfirman
﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ ﴾
yang artinya : „Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada ku" (QS.51:56)
Disana Allah swt menegaskan kepada manusia, bahwa maksud dari penciptaan manusia dan jin adalah hanya untuk beribadah kepada Allah swt, lain tidak. Dalam rangka menunaikan tugas ibadah tersebut, manusia diperintahkan untuk taat dan tunduk kepada semua perintah Allah swt, baik yang langsung Allah swt firmankan dalam Al-Qur'an, maupun yang disampaikan melalui sabda Rasulullah saw.
Oleh sebab itulah di dunia ini hanya terdapat 2 golongan manusia. Golongan pertama adalah mereka yang selalu taat pada segala perintah Allah swt dan sunnah Rasulullah saw. Sedangkan golongan kedua adalah mereka yang ingkar kepada perintah ALlah dan RasulNYA. Perbuatan ingkar itulah yang disebut dengan maksiat dan setiap perbuatan maksiat itu adalah dosa.
Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziah mengatakan, bahwa orang-orang bodoh mengandalkan rahmat dan ampunan Allah swt sehingga mereka mengabaikan perintah dan larangan-Nya serta lupa dengan azab-Nya yang pedih dan tak mungkin dicegah. Barangsiapa yang mengandalkan ampunanNya tetapi tetap berbuat dosa, dia sama dengan orang-orang yang membangkang.
Nasib Para Pelaku Maksiat
Al-Qur'an telah banyak menceritakan berbagai kejadian dan bahaya yang ditimbulkan dari perbuatan maksiat. Cerita tersebut bukanlah sesuatu yang dibuat-buat atau lamunan, apalagi cerita bohong untuk sekedar menakut-nakuti manusia, namun ia benar-benar terjadi dan menjadi tragedi bagi umat manusia.
Diantaranya adalah banjir besar yang mencapai puncak gunung pada masa nabi Nuh as yang menjadikan penghuni bumi karam tenggelam, angin puting beliung yang berhembus keras membanting kaum ‘Ad hingga semua mati bagaikan pelepah kurma yang berguguran, guntur dahsyat yang mematikan kaum Tsamud, hujan batu di negri Sodom pada kaum nabi Luth yang membinasakan semua penghuninya, awan azab berupa mega naungan yang ketika turun bagaikan api yang membakar kaum Syu’aib, tenggelamnya Fir’aun dan kaumnya di sungai Nil, pekik keras yang menghancurkan orang-orang yang digambarkan dalam surat Yasin.
Sekali lagi, semua kisah tersebut benar terjadi. Dan penyebab turunnya azab Allah swt tersebut tidak lain adalah perbuatan dosa dan maksiat sehingga semua menjadi pelajaran bagi umat manusia hingga hari kiamat.
Dalam hadits riwayat Ibnu Majah Rasulullah saw bersabda : „Wahai segenap Muhajirin, ada lima hal yang membuat aku berlindung kepada Allah swt dan aku berharap kalian tidak mendapatkannya. Pertama, tidaklah perbuatan zina tampak pada suatu kaum sehingga mereka akan tertimpa bencana wabah dan penyakit yang tidak pernah ditimpakan kepada orang-orang sebelum mereka. Kedua, tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan melainkan mereka akan tertimpa paceklik, masalah ekonomi dan kedurjanaan penguasa. Ketiga, tidaklah suatu kaum menolak membayar zakat melainkan mereka akam mengalami kemarau panjang. Sekiranya tidak karena binatang, niscaya mereka tidak akan diberi hujan. Keempat, tidaklah suatu kaum melakukan tipuan (ingkar janji) melainkan akan Allah swt utus kepada mereka musuh yang akan mengambil sebagian yang mereka miliki. Kelima, tidaklah para imam (pemimpin) mereka meninggalkan (tidak mengamalkan Al-Qur'an) melainkan akan Allah swt jadikan permusuhan antara mereka."
Rasulullah saw juga bersabda : „Jika engkau dapati Allah Azza wa Jalla memberikan limpahan kekayaan kepada seorang hamba padahal hamba itu tetap berada di dalam kemaksiatan, maka tak lain hal itu merupakan penundaan tindakan dari Nya" (HR Ahmad)
Selanjutnya beliau (Rasulullah saw) membaca ayat yang artinya :
فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُواْ أَخَذْنَـهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُّبْلِسُونَ
„Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS Al-An’aam : 44)
Imam Ahmad meriwayatkan, Abi Rafi’ bercerita bahwa Rasulullah saw pernah melewati pekuburan Baqi. Lalu beliau berkata, „Kotorlah engkau, cis ... !" Aku menyangka kiranya beliau maksudkan diriku. Beliau bertutur, „Tidak, cuma inilah kuburan si fulan yang pernah kuutus untuk memungut zakat pada bani fulan lalu dia mencuri baju wol dan kini dia sedang dipakaikan baju yang serupa dari api neraka.
Dalam shahih Muslim dikatakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : „Penduduk yang di dunia begelimang kesenangan sementara dia itu termasuk ahli neraka dihadirkan pada hari kiamat untuk kemudian dicelup dengan celupan neraka. Kemudian kepada mereka dikatakan, „Hai ibnu Adam, adakah kau lihat kebaikan ?" Dia menjawab, „Wallahi, tidak ya Rabbi !" Dan manusia yang di dunia paling sengsara hidupnya sementara dia itu calon penghuni surga akan dicelup dengan celupan surga. Lalu kepada mereka akan dikatakan, „Hai ibnu Adam, adakah kau peroleh kesengsaraan ? Adakah kau temui kegetiran ?" Dia menjawab, „Tidak, demi Allah ya Rabbi, tidak kudapati sama sekali.""
Sedangkan dalam shahih Muslim Rasulullah saw pernah bersabda tentang 3 golongan manusia yang pertama diadili di hari akhir. Golongan pertama adalah mereka yang mati syahid. Diantara mereka wajahnya tersungkur dan diseret ke neraka karena ternyata perang yang telah dilakukannya semata-mata hanya agar disebut pahlawan. Golongan kedua adalah orang yang sering membaca Al-Qur'an, rajin menuntut ilmu dan senantiasa mengamalkan pengetahuannya. Namun ternyata mereka juga tersungkur dan diseret ke dalam nereka. Mengapa ? Karena ternyata mereka hanya ingin mendapat gelar sebagai orang alim dan pintar. Golongan ketiga adalah seorang laki-laki yang seluruh kekayaannya dia korbankan. Tetapi nasibnya sama dengan kedua golongan sebelumya, ia tersungkur dan diseret ke neraka, karena ia melakukan itu agar dikatakan dermawan.
Masih banyak ayat-ayat Al-Qur'an maupun sabda Rasul yang menggambarkan akan bencana apa yang dialami oleh orang yang berbuat maksiat. Namun cukuplah kiranya beberapa ayat, hadits dan kisah diatas menjadi pelajaran bagi kita untuk bisa diambil hikmah dan membuat kita lari dari perbuatan maksiat.
Selanjutnya pada bagian dua dari tulisan ini akan kita lihat 26 pengaruh dan bahaya maksiat yang dapat langsung dirasakan oleh setiap diri manusia, seperti yang dituliskan oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziah dalam bukunya „Aatsaarul Ma’ashi wa Adhraaruha" (Akibat Berbuat Maksiat). - BERSAMBUNG
Email daripada sahabat...
From: | ... View Contact | |
To: | |
|
Dalam keghairahan rakyat Malaysia menyambut ketibaan kejohanan bolasepak Piala Dunia tidak lama lagi, rakyat, khususnya yang beragama Islam dikejutkan dengan satu ‘produk halal’ yang bakal muncul memeriahkan lagi temasya sukan empat tahun sekali itu. Pada 6 Mei lalu, Timbalan Menteri Kewangan Datuk Dr. Awang Adek Hussein berkata, kerajaan mempertimbangkan kemungkinan mengeluarkan lesen untuk membenarkan pertaruhan (judi) dilakukan semasa kejohanan bola sepak Piala Dunia 2010 bagi mengelak berleluasanya aktiviti perjudian dan pertaruhan haram di negara ini.
Katanya, jika kerajaan tidak mengeluarkan lesen kepada pihak yang memohon, aktiviti perjudian dan pertaruhan haram tetap berlaku tanpa kawalan dan pemantauan pihak berkuasa. “Ada beberapa perkara penting untuk dikaji sama ada perkara ini baik bagi kerajaan atau jika kerajaan boleh cuba mengawalnya untuk mengetahui berapa banyak,” ujarnya kepada pemberita di lobi Parlimen.
Ramai yang terkejut dan beristighfar panjang dengan kenyataan ini, namun belum pun reda kejutan ini, dua hari lepas (12 Mei) akhbar berbahasa Cina, Sin Chew, melaporkan menteri kewangan secara rasminya telah memberi lesen judi itu kepada Kumpulan Berjaya. Sin Chew melaporkan pertaruhan secara sah itu boleh dilakukan sebelum kejohanan bolasepak itu bermula pada 11 Jun ini. Perjudian itu boleh dilakukan melalui lebih 2000 kedai pertaruhan Toto yang dimiliki kumpulan itu [harakahdaily.net].
Nah, inilah hadiah dari seorang pemimpin 1Malaysia kepada rakyat, khususnya kepada tauke judi dan kaki-kaki judi seluruh negara! Ternyata cogankata “pencapaian diutamakan” bukanlah suatu yang sia-sia di mana mungkin ‘judi halal’ ini adalah salah satu pencapaian terbesar yang bakal diraih Malaysia yang tidak pernah di lakukan oleh negara-negara umat Islam lainnya.
Bagi mereka yang sudah lama menyelami politik tanahair, judi halal yang diumumkan kerajaan ini, walaupun memeranjatkan tetapi bukanlah suatu yang baru. Di Malaysia, semua benda haram boleh jadi halal hanya dengan diberi sejenis pengiktirafan yang dipanggil lesen. ‘Judi berlesen’ telah lama dihalalkan di Malaysia. Siapa tidak tahu kasino Genting, kasino Bukit Tinggi, Magnum, Tanjung, Metroplex, Resort World Berjaya Group dan banyak lagi?
Kesemua ini merupakan syarikat besar judi yang beroperasi secara ‘sah’ di Malaysia. Di samping musim orang gila bola ini, kini ada satu lagi kegilaan yang dibenarkan oleh kerajaan untuk digilai iaitu gila judi. Segalanya dah jadi gila! Sungguh dangkal dan menjijikkan alasan yang diberi oleh seorang menteri, membenarkan judi hanya kerana khuatir jika tidak dibenarkan, judi tidak dapat dibendung. Kemudian ditambah dengan alasan haram lainnya iaitu keuntungan darinya dapat digunakan untuk pembangunan sukan.
Dengan alasan yang sama, agaknya Pak Menteri akan menghalalkan perzinaan dan pelacuran jika perzinaan dan pelacuran sudah tidak dapat dibendung. Pak Menteri juga mungkin akan menghalalkan arak dan dadah yang sememangnya sudah tidak dapat dibendung lagi selama ini. Begitu juga dengan mencuri, merompak, merempit, buang bayi, membunuh, murtad dan sebagainya, semua ini boleh dihalalkan jika khuatir sudah tidak dapat dibendung lagi! Alasan apakah ini!?
Inilah pemikiran yang ada dalam kepala pemimpin-pemimpin sekular yang ada pada hari ini. Mereka adalah dari jenis makhluk yang tidak pernah memerhatikan hukum Allah dalam membuat keputusan. Kepala mereka dipenuhi najis pemikiran Kapitalis yang hanya tahu berfikir untuk mendapatkan keuntungan dari setiap perbuatan, tanpa mengambil kira aspek halal-haram.
Menghalalkan Yang Haram Kerana Maslahat Dan Hukumnya
Di dalam Islam, keharaman judi adalah qat’ie. Ia disebut dengan jelas oleh Allah di dalam Al-Quran melalui firmanNya,
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya arak dan judi dan (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib (dengan panah) adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beroleh keuntungan” [TMQ al-Ma’idah (5):90].
Dari perkembangan terbaru ini, nampaknya Menteri Malaysia begitu berani melawan ayat-ayat Allah dengan menghalalkan apa yang Allah telah haramkan. Mereka betul-betul telah menjadikan syaitan sebagai kawan dan mendustakan ayat Allah dengan perbuatan terkutuk mereka ini. Firman Allah,
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ‘ini halal dan ini haram’, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengadakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung” [TMQ an-Nahl (16):116].
Apakah pemimpin Malaysia begitu bodoh hingga tidak memahami ayat-ayat Allah yang qat’ie? Atau mereka tidak peduli dengan semua itu kerana merasakan merekalah pembuat undang-undang yang lebih hebat dari Allah? Nampaknya pemikiran bathil ini telah menyatu dan mendarah daging di dalam diri mereka sehingga mereka sanggup mengeluarkan hukum yang bertentangan dengan Al-Quran.
Mereka telah menjadikan akal dan hawa nafsu mereka sebagai ‘penimbang’ untuk menilai mana yang manfaat dan mana yang mudarat, lalu mengeluarkan hukum mengikut manfaat yang mereka fikirkan. Inilah cara berfikir mereka, apabila manfaat suatu perbuatan jauh lebih besar dari mudaratnya, maka perbuatan itu mesti dikerjakan.
Dan jika mudaratnya lebih besar dari manfaatnya, maka menurut akal mereka, perbuatan itu mesti ditinggalkan. Inilah apa yang mereka lakukan dan kita sedang menyaksikannya. Walaupun begitu jelas bahawa maslahat yang mereka fikirkan itu berlawanan dengan hukum syarak, namun hukum syarak mereka tinggalkan dan ‘hukum maslahat’ mereka ambil sebagai ganti.
Mereka sesungguhnya telah memposisikan diri mereka sebagai Musyarri’ (Pembuat Hukum) kerana telah menghalalkan yang haram mengikut sesuka mereka berdasarkan akal dan hawa nafsu mereka. Sedangkan satu-satunya Musyarri’ (Pembuat Hukum) adalah Allah Azza Wa Jalla. Oh! Alangkah beraninya mereka!
Antara aspek terpenting ajaran Islam adalah yang berkaitan dengan aktiviti penguasa (yang sedang memerintah). Ini tidak terbatas kepada kita yang berada di Malaysia sahaja, bahkan juga kepada seluruh negara kaum Muslimin lainnya. Firman Allah Azza Wa Jalla,
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan, maka mereka adalah orang-orang kafir” [TMQ al-Ma’idah (5):44].
Sesungguhnya kata “yahkum” (berhukum) dalam ayat ini, sepertimana juga dalam surah yang sama ayat 45 dan 47, mencakup siapa sahaja yang memiliki autoriti dan kekuasaan untuk memutuskan suatu hukum (undang-undang) serta menerapkannya, baik sebagai ketua negara atau menteri-menterinya atau orang-orang yang diberi kuasa oleh mereka (untuk membuat hukum). Setiap orang yang memiliki autoriti untuk menerap dan memutuskan hukum, maka mereka termasuk dalam pengertian “yahkum” dalam ayat tersebut atau ayat-ayat lainnya.
Oleh itu, siapa sahaja yang menerap dan memutuskan suatu urusan dengan cara yang tidak diizinkan oleh Allah, maka dia secara nyatanya telah berhukum dengan selain hukum yang diturunkan oleh Allah, baik kerana dia sengaja atau kerana kejahilan sekalipun. Juga, tidak kiralah apa alasan sekalipun yang diberikannya, atau dengan tiada apa-apa alasan sekalipun, pokoknya dia telah berhukum dengan hukum selain yang Allah turunkan.
Apabila orang yang berhukum dengan selain dari apa yang Allah turunkan melakukannya dengan rasa puas, redha dan tanpa rasa bersalah serta membenarkan apa yang dilakukannya, maka dia telah jelas kafir dan telah keluar dari Islam, berdasarkan ayat ini.
Sebagai contoh, keharaman riba jelas qat’ie, sebab sumber dan maknanya adalah qat’ie sehingga tidak ada penafsiran lain lagi. Bila ada seorang penguasa yang membuat undang-undang yang membolehkan riba, maka dia sesungguhnya telah mengambil selain syariat Allah serta menerapkan hukum selain dari yang diturunkan oleh Allah dan menghalalkan apa yang jelas telah diharamkan oleh Allah.
Bila dia mengakui bahawa dialah yang telah membuat undang-undang itu serta menerapkannya, malah mewujudkan organisasi, lembaga atau badan untuk mempertahankan keharaman tersebut, maka dia jelas-jelas telah berhukum dengan selain hukum Allah bahkan mengukuhkan lagi kekufuran. Masalah ini bukanlah masalah ijtihadi, akan tetapi masalah yang secara langsung diambil dari ayat Allah,
“barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan, maka mereka adalah orang-orang kafir”.
Tidak ada penafsiran lain lagi bagi ayat ini kecuali teramat jelas bahawa siapa yang berhukum dengan selain dari apa Allah turunkan, dengan puas, redha, mempertahankan dan tidak merasa bersalah dengannya, maka dia adalah termasuk orang-orang yang kafir!
Fakta yang sama status hukumnya dengan penghalalan riba adalah penghalalan judi, arak, zina, murtad dan seumpamanya. Dalam hal ini memang terdapat perbezaan antara orang yang melakukan riba atau judi tetapi dia meyakini bahawa riba atau judi itu haram, dengan, orang yang melakukan riba atau judi, namun dia meyakini bahawa riba atau judi itu halal.
Orang yang pertama hanya dinilai sebagai melakukan maksiat, tetapi orang yang kedua dikategorikan sebagai kafir. Sebab orang yang pertama masih mengakui hukum syarak meskipun amalannya menyeleweng, sehingga dia dihukum sebagai pelaku maksiat. Sedangkan orang yang kedua, kerana dia telah mengengkari hukum syarak yang qat’ie yang termasuk dalam kategori ma’lum minaddin bi dharurah (hal agama yang jelas hukumnya), maka dia telah menjadi kafir!
Bagi mana-mana penguasa yang masih benar i’tiqad (keyakinannya) terhadap hukum syarak namun dalam masa yang sama mengamalkan hukum kufur, mereka mungkin terhindar dari kekafiran, tetapi mereka sama sekali tidak terlepas dari kezaliman dan kefasikan kerana berhukum dengan selain dari yang Allah turunkan.
Seorang Muslim yang sejati, baik penguasa mahupun rakyat, tidak akan mungkin meninggalkan syariat Allah atau redha dengan hukum kufur yang diterapkan. Jika dia merasa puas dan redha dengannya, maka dia bukanlah lagi muslim yang sejati. Firman Allah,
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman sehingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan” [TMQ an-Nisa’ (4):65].
Sedarlah wahai kaum Muslimin rahimakumullah! Berapa banyak dari perkara yang kalian anggap remeh, namun sebenarnya merupakan masalah yang besar yang menyentuh persoalan akidah/keimanan kalian kepada Allah SWT. Berapa banyak persoalan yang boleh mengeluarkan seseorang Muslim dari keIslamannya, namun dia tidak mengetahui bahawa dirinya sudah keluar dari Islam! Dalam hal ini Allah SWT mengingatkan kita dalam kitabNya,
“Mereka telah menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan begitu pula dengan Al-Masih (Isa) bin Maryam (telah dituhankan pula), padahal mereka tidak diperintahkan kecuali hanya menyembah Tuhan yang Esa, tiada Tuhan melainkan Dia, Maha suci Dia dari apa-apa yang mereka sekutukan” [TMQ at-Taubah (9):31].
Ketika Rasulullah ditanya bagaimana mereka (Yahudi dan Nasrani) menjadikan rahib dan pendita mereka sebagai Tuhan, baginda menjawab
“Mereka menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah, lalu mereka mentaatinya”.
Inilah yang dimaksudkan dengan menyembah. Lihatlah apa yang berlaku hari ini di mana terdapat di kalangan penguasa kita yang jelas-jelas telah mengambil sikap seumpama rahib dan pendita Yahudi dan Nasrani yang dibenci dan dimurkai Allah. Penguasa umat Islam hari ini telah dengan jelas menghalalkan apa yang Allah haramkan!
Mereka begitu berani membuat hukum tersebut tanpa sedikitpun merasa bersalah dengannya! Apakah kalian masih tetap mahu mentaati mereka dan membiarkan orang-orang seperti ini memimpin kalian? Sekiranya kalian mentaati mereka, maka sesungguhnya kalian telah menjadikan mereka Tuhan-Tuhan selain Allah. Dan sesungguhnya ini adalah suatu perbuatan yang jelas-jelas mensyirikkan Allah! Na’uzubillah min zalik. Kita diharamkan untuk mentaati penguasa sebegini, sebaliknya wajib meluruskan mereka. Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, hendaklah dengan lisannya; jika tidak mampu, hendaklah dengan hatinya. Akan tetapi, yang demikian itu (dengan hati) adalah selemah-lemahnya iman.” [HR Muslim].
Dalam riwayat lain disebut,
“dan di luar itu, sudah tidak ada lagi sebutir keimanan pun”.
Sedarlah wahai kaum Muslimin rahimakumullah! Sesungguhnya para penguasa itulah yang merupakan punca kepada segala kemungkaran yang ada pada hari ini. Sistem mereka adalah mungkar, undang-undang mereka adalah mungkar, tingkah laku mereka juga penuh kemungkaran. Jika kalian lemah sekalipun untuk menegur dengan tangan atau lisan, kalian sekali-kali tidak boleh lemah untuk menegur dengan hati. Sesiapa sahaja yang tidak membenci tindakan penguasa seperti itu, maka sesungguhnya dia telah berdosa sebagaimana penguasa tersebut. Sabda Rasulullah SAW,
“Akan ada para amir (penguasa), maka kalian (ada yang) mengakui perbuatan mereka, dan (ada yang) mengengkari perbuatan mereka. Siapa sahaja yang mengakui tindakan mereka (kerana tidak bertentangan dengan syara’), maka dia tidak diminta pertanggungjawabannya, dan siapa saja yang mengengkari perbuatan mereka (kerana bertentangan dengan syara’) maka dia selamat. Tetapi siapa saja yang redha (dengan tindakan mereka yang bertentangan dengan syara’) serta mengikuti mereka, maka dia berdosa...” [HR Muslim].
Kita hendaklah mencegah kemungkaran yang dilakukan oleh penguasa sedaya upaya kita kerana Rasulullah SAW bersabda,
“Bila aku memerintahkan dengan suatu perintah, maka tunaikanlah perintah itu sekuasa-kuasa kalian” [HR Mutafaq Alaih].
Kita hendaklah melakukan amar makruf nahi mungkar jika kita tidak mahu azab Allah turut terkena ke atas kita kerana kemalasan atau kelalaian kita. Sabda Nabi SAW,
“Allah tidak menghukum suatu bangsa kerana kesalahan beberapa orang di antara mereka, sampai mereka melihat kemungkaran (dilakukan) di antara mereka, sedangkan mereka mampu menghentikannya, tetapi mereka tidak menghentikannya. Apabila mereka berbuat seperti itu (tidak menghentikan kemungkaran), maka Allah akan mengazab (orang yang melakukan kemungkaran) secara khusus dan (bangsa itu) secara keseluruhan” [HR Ahmad].
Justeru, cegahlah kemungkaran penguasa ini dengan apa cara sekalipun yang dibenarkan syarak, baik dengan perbuatan, lisan mahupun penulisan agar kita semua terhindar dari dosa dan azab.
Khatimah
Bangkitlah wahai kaum Muslimin rahimakumullah! Bersihkanlah diri dan masyarakat kita dari segala keburukan dan kemungkaran. Buanglah punca kemungkaran tersebut, nescaya kalian dan umat Islam keseluruhannya akan menjadi bersih dan mulia. Yakinlah bahawa kemungkaran yang melingkungi kita semua pada hari ini tidak akan dapat diubah kecuali dengan menghancurkan sistem kufur dan akar-akar kekufuran yang telah lama bertapak di negara kita dan negara kaum Muslimin lainnya. Kita tidak mahu berada di bawah pemimpin yang melakukan perbuatan syaitan.
Selagi masih ada sisa-sisa usia yang Allah kurniakan kepada kita ini, marilah kita sama-sama berusaha untuk menegakkan Khilafah Rasyidah Ala Minhaj Nubuwwah, sebuah Daulah Islam yang akan menerapkan Kitabullah dan Sunnah RasulNya, yang dengannya segala kemungkaran dapat dijungkirbalikkan dan digantikan dengan kebaikan dan kemuliaan.
Sesungguhnya pemerintahan ini wajib berada di tangan seorang Khalifah yang beriman dan bertakwa yang akan menerapkan hukum menurut apa yang Allah turunkan. Dan Khalifah ini tidak akan terwujud kecuali kita semua berusaha mewujudkannya dengan jalan yang telah ditempuh oleh para sahabat yang kita kasihi.
Design by Ummiey Mithaliey Themes by Blog Template