Assalamu'alaikum warahmatuLLAH.
Kita akan buat yang terbaik mengikut Nabi kita Muhammad saw. Untuk segala perlakuan kita apatah lagi ibadat hendaklah mengikut apa yang dibawa oleh Nabi saw. Panduannya ialah al-Quran dan al-hadith. Dalam pada kita merujuk kepada hadith sebagai sumber hukum mengapa jangan sampai kita mendustai Nabi Muhammad saw.
Di bawah ini uye perturunkan satu artikel yang baik untuk dibaca dan difahami.
Pendahuluan
Kami bersaksi bahwa tiada sesembahan yang hak melainkan Allah Ta`ala dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada beliau, keluarga dan segenap sahabatnya.
Mengingat pentingnya menyambut bulan Ramadhan dengan perbekalan ilmu yang cukup, terutama yang berkaitan dengan hukum, keutamaan, kekhususan, adab, manfa`at seputar masalah Ramadhan, maka sengaja dalam rubik ini kami angkat secara khusus tentang “Hadits-Hadits Dha’if (Lemah) Seputar Ramadhan” yang telah tersebar dan menjadi rujukan mayoritas kaum Muslimin, sehingga terkesan hadits-hadits tersebut bersumber dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam langsung.
Tentu hal ini perlu mendapat perhatian......semangat dan keinginan kaum Muslimin yang begitu besar dalam berlomba-lomba untuk melakukan amal kebaikan di bulan Ramadhan yang di dalamnya penuh dengan keutamaan dan kekhususan ini ternodai oleh amalan tertentu yang tidak bersumber dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam....!!!
Semoga artikel ringkas ini dapat memberikan informasi yang obyektif dan otentik kepada kita semua, sehingga setiap amal kebaikan dan ibadah kita sekecil apapun diterima disisi Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan tidak sia-sia. Wallahu Musta’an.
Hadits-Hadits Dha’if Seputar Ramadhan
Berikut kami nukilkan beberapa hadits dha’if (lemah) berkaitan dengan bulan Ramadhan Segala puji hanya bagi Allah Ta`ala yang menjadikan bulan Ramadhan sebagai musim berlomba-lomba dalam kebaikan dan amal shalih serta musim dilipatgankannya pahala kebaikan. .
أولا : حديث شهر رمضان أوله رحمه و أوسطه مغفرة و آخره عتق من النار
“Permulaan bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan dan terakhirnya adalah pembebasan dari (siksa) naraka“ (Hadits Munkar)
@hadith nie kena check balik, adakah ianya mungkar atau dhaif. - uye
( Lihat, Kitab adh-Dhu`afa, oleh al-`Uqailiy, 2/162; al-Kamil Fi Dhu`afa ar-Rijal, oleh Ibnu `Adiy, 1/165; Ilal al-Hadits, oleh Ibnu Abi Hatim, 1/246; Silsilah al-Ahadits adh-Dha`ifah wa al-Maudhu`ah, oleh al-Albaniy, 2/262; 4/70 Pertama: )
ثانيا : حديث صوموا تصحوا
“Berpuasalah kalian semua niscaya kalian semua akan sehat “ (Hadits Dh`if)
(Lihat, Kitab Tahrij al-Ihya`, oleh al-Iraqiy, 3/75; al-Kamil Fi Dhu`afa ar-Rijal, oleh Ibnu `Adiy, 2/357; asy-Syidzrah Fi al-Ahaadits al-Musytahirah, oleh Ibnu Thulun, 1/479, al-Fawaid al-Majmu`ah Fi al-Ahaadits al-Maudhu`ah, oleh asy-Syaukaniy, 1/259; al-Maqashid al-Hasanah, oleh as-Sakhawiy, 1/549; Kasyf al-Khafa, oleh al-`Ajluniy, 2/539 dan Silsilah al-Ahadits adh-Dha`ifah wa al-Maudhu`ah, 1/420 Kedua:
ثالثا : حديث من أفطر يوما من رمضان من غير عذر ولامرض لم يقضه صوم الدهر وإن صامه
“Barangsiapa berbuka satu hari pada (puasa) Ramadhan tanpa ada udzur (sebab) dan (karena) sakit, maka dia tidak dapat menggantinya meskipun puasa satu tahun (penuh)“ (Hadits Dh`if)
(Lihat, Fath al-Bariy, oleh al-Hafidz Ibnu Hajar, 4/161; Misykaah al-Mashabih, tahqiq al-Albaniy, 1/626; Dha`if Sunan ath-Thirmidziy, oleh al-Albaniy, hadits no. 115; al-Ilal al-Waridah Fi al-Ahaadits, oleh ad-Daruquthniy, 8/270 Ketiga: )
رابعا : حديث إن لله عند كل فطر عتقاء من النار
“Sesungguhnya bagi Allah Ta`ala pembebasan dari(siksa)neraka pada setiap kali berbuka“(Hadits Dh`if)
(Lihat, Tanjiih asy-Syari`ah, oleh al-Kananiy, 2/155; al-Fawaid al-Majmu`ah Fi al-Ahaadits al-Maudhu`ah, oleh asy-Syaukaniy, 1/257; al-Kasyf al-Ilaahiy `An Syadiid adh-Dha`f wa al-Maudhu` wa al-Wahiy, oleh al-Thuraabilisiy, 12/230; Dzakhirah al-Huffaazh, oleh al-Qaisiraaniy, 2/956; Syu`abul Iman, oleh al-Baihaqiy, 3/304; dan al-Kaamil Fi Dhu`afaa ar-Rizal, oleh Ibnu `Adiy, 2/455)
Keempat:
خامسا : حديث لو يعلم العباد مافي رمضان لتمنت أمتي أن يكون رمضان السنة كلها
“Sekiranya semua hamba mengetahui apa yang terkandung dalam (bulan) Ramadhan sungguh ummat-ku akan berharap (bulan) Ramadhan menjadi setahun penuh “ (Hadits Dh`if)
(Lihat, al-Maudhu`at, oleh Ibnu al-Jauziy, 2/188; Tanjiih asy-Syari`ah, oleh al-Kanaaniy, 2/153; al-Fawaaid al-Majmu`ah, oleh asy-Syaukaniy, 1/254 dan Majma`u az-Zawaaid, oleh al-Haitsamit, 3/141 Kelima: )
سادسا : حديث اللهم بارك لنا في رجب و شعبان و بلغنا رمضان
“Ya Allah anugerahkan kepada kami keberkahan di (bulan) Rajab dan Sya`ban serta pertemukan kami (dengan) Ramadhan“ (Hadits Dh`if)
(Lihat, al-Adzkaar, oleh an-Nawawiy; Mizaan al-I`tidal, oleh adz-Dzahabiy; Majma`u az-Zawaaid, oleh al-Haitsamiy, 2/165 dan Dha`if al-Jami`, oleh al-Albaniy, hadits no. 4395 Keenam: )
سابعا : حديث أن النبي صلى الله عليه و سلم كان يقول عند الإفطار : اللهم لك صمت و على رزقك أفطرت
“Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa, dan atas rizeki-Mu aku berbuka“ (Hadits Dh`if)
(Lihat, Khulashah al-Badar al-Munir, oleh Ibnu al-Mulqin, 1/327, hadits no. 1126; Talkhiish al-Khabir, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar, 2/202, hadits no. 911; al-Adzkaar, oleh an-Nawawiy, hal. 172; Majma`u az-Zawaid, oleh al-Haitsamiy, 3/156; dan Dha`if al-Jami`, oleh al-Albaniy, hadits no. 4349 Ketujuh: Do'a Berbuka: )
ثامنا : حديث أن النبي صلى الله عليه و سلم كان يقول : لكل شيء باب ، وباب العبادة الصوم
“Setiap sesuatu (memiliki) pintu, dan pintu ibadah adalah puasa“
Hadist ini dinukil oleh Abi Syuja` di dalam al-Firdaus, no. 4992 dari hadits Abu Darda` dan menurut Syaikh al-Albaniy hadits ini lemah di dalam kitabnya adh-Dha`if, no. 4720)
Kedelapan:
تاسعا ـ حديث أن النبي صلى الله عليه و سلم كان يقول : نوم الصائم عبادة
Kesembilan: “Tidurnya seorang yang berpuasa adalah ibadah“
(Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Shaid di dalam Musnad Ibnu Abu Aufa, no. 43 dan al-Baihaqiy di dalam asy-Syu`ab, no. 3937-3939 dari hadits Abdullah bin Abi Aufa, dan Abu Nu`aim di dalam al-Hilyah, 5/83 dari hadits Ibnu Mas`ud; dan as-Sahmiy di dalam Tariikh Jurjaan, hal. 370 dari hadits Muhammad bin Ali bin Husain al-Hasyimiy.)
Hadits ini dilemahkan oleh al-`Iraaqiy di dalam al-Mughniy, no. 727; dan as-Suyuthiy di dalam al-Jami` ash-Shaghir, hal. 188; dan telah membenarkan al-Munawiy di dalam al-Faidh, no. 9293 dan Syaikh al-Albaniy sepakat dengan keduanya di dalam adh-Dha`if, no. 5972 )
عاشرا ـ حديث أن النبي صلى الله عليه و سلم كان يقول : الصوم نصف الصبر
“Puasa adalah separuh dari kesabaran“
Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidziy di dalam as-Sunan, no. 3519; dan ad-Daarimiy, no. 659; Imam Ahmad, di dalam Musnad, 4/260; dan al-Marwaziy di dalam Ta`zhimi Qadri ash-Shalah, no. 432 dari hadits seorang laki-laki dari Bani Sulaim
Kesepuluh: .
الحادي عشر ـ حديث أن النبي صلى الله عليه و سلم كان يقول : الصبر نصف الإيمان
Kesebelas: “Puasa adalah separuh dari keimanan“
(HR. Abu Nu`aim di dalam al-Hilyah, 5/34; dan al-Khathib di dalam Tariikhnya, 13/226; dan Ibnu al-Jauziy di dalam al-`Ilal, 1/815 dari hadits Abdullah bin Mas`ud secara bersambung)
Penutup
Demikian beberapa hadits dhai'if (lemah) seputar Ramadhan yang dapat kami rangkum dan telah berkembang serta menjadi rujukan mayoritas kaum Muslimin. Dan karena keterbatasan ma`lumat yang ada pada kami, maka hanya ini yang dapat kami nukilkan. Semoga artikel ringkas ini bermanfa`at bagi segenap kaum Muslimin, dan semoga segala bentuk ibadah kita di dalam bulan Ramadhan mendapatkan pahala yang sempurnah di sisi Allah Ta`ala. Amin. Wallaahu a`lamu bish shawab.
(Sumber:http://www.majdah.com/vb/showthread.php?t=11285)
Alhamdulillah...terima kasih di atas perkongsian ilmu...ustaz, kalau tak silap saya, ustaz pernah mengajar di SMK Tengku Afzan, Kuantan kan? kalau betul, bertemu lagi kita ya...saya merupakan bekas anak murid ustaz dulu...
ReplyDeletesalam. ust artikel tu ada sedikit pembetulan..
ReplyDelete1. rujukan hadis prtama "kitab tahrij al ihya" sebenarnya ialah "TAKHRIJ AL IHYA", (tahrij beerti menyusahkan tetapi takhrij beerti mendapatkan sumber hadis)
2. rujukan hadis ketiga dan keempat "kitab tanjih asy syariah" sebenarnya ialah "TANZIH ASY SYARIAH"
3. rujukan dlm hadis ketiga (mgkn ksilapan cetak)kitab "al kamil fi dhuafaa ar rizal" sebenarnya ialah " ....AR RIJAL"
4. Hadis kesepuluh maksud hadis tak sama dengan nas, dlm nas menyebut "asshobru" beerti kesabaran tetapi diterjemahkan dgn "Puasa".
5. terjemahan hadis ketiga kurang tepat " pembebasan" sepatutnya ditukar kepada "ORG2 YG DIBEBASKAN"
# Perlu dingatkan juga bahawa kebanyakan para ulama' muktabar samada dari kelompok ahli hadis atau feqh membenarkan hadis dhaif untuk di amalkan di dalam fadhail. dan hadis yg termaktub disini semuanya tentang fadhail, dan jgn ada dikalangan kita yg terlalu TAASSUB kepada pandangan segelintir tokoh yg mengharamkan beramal dgn hadis dhaif secara total seperti syeikh ALBANI, lebih2 lagi jika boleh menimbulkan fitnah.
Wallahuaklam.
hadith dhaif pun hadith juga. lebih baik beramal dan mendengar hadith nabi yg dhaif daripada dengar ceramah umno. heheheh kan ustaz
ReplyDeletesalams..cuma nak tambah..kalau ada yang lebih shohih daripada yang dhoif.takkan nak guna yg dhoif jugak ??itu lah kesilapan kita orang melayu dah tau dhoif langsung tak nak mencari ganti yang shohih.duk pakai yg tuu sampai tua..Kita hendaklah I'ttiba jangan taklid/taasub
ReplyDeleteAl-Imam al-Nawawi ada menyebutkan:
ReplyDeletePara ulama dari kalangan ahli Hadis, ahli Feqh dan selainnya berkata: Dibenarkan dan disukai beramal dengan hadis Dhaif dalam hal2 fadha'il serta targhib dan tarhib, selama hadis itu tidak berstatus maudhu' (palsu). (Al-Azkar, hal. 5)
Fadha'il bermaksud bermaksud hadis2 yang menyatakan kelebihan beramal. Targhib ialah hadis yang mengandung galakan untuk berbuat baik. Dan tarhib pula adalah yang mengandungi ancaman bagi mereka yang berbuat jahat dan maksiat.
Catatan kaki di dalam al-Azkar ada menyebutkan:
"Perkataan al-Nawawi: (Selama hadis itu tidak berstatus maudhu'): Termasuk hadis yang terlalu dha'if. Maka tidak boleh beramal dengan hadis yg di dalamnya terdapat rawi yang pendusta atau tertuduh dusta. Dan, ada lagi dua syarat untuk beramal dengan hadis Dha'if, iaitu: Sesuatu amalan itu hendaklah mempunyai syahid yang lain (ada dasarnya dari nash lain yang sahih) seperti ia berada di bawah suatu nash yang umum atau di bawah satu kaedah umum. Ketika beramal dengan hadis ini hendaklah tidak di-Iktikadkan bahawa ia sabit (dari Rasulullah s.a.w.). Malah, hendaklah di-iktikadkan sebagai ihtiati (langkah berjaga2) sahaja." (ibid.)
KESIMPULAN
ReplyDelete1. Menerima pakai hadith dhaif dalam segala jenis amalan yang berbentuk menggemarkan dan menakutkan, soal adab, kisah tauladan, nasihat-nasihat dan seumpamanya adalah dibolehkan. Perkara ini disepakati oleh ulama’ Muhaddithin.
2. Imam Nawawi menukilkan pandangan ulama’ bahawa dalam hal-hal tersebut disunatkan beramal dengan hadith dhaif.
3. Penerimaan hadith dhaif dalam perkara-perkara terbabit adalah disyaratkan jangan terlampau kuat kedhaifannya dan jangan pula hadith tersebut bercanggah dengan hadith yang sahih.
4. Perlu mematuhi kaedah di sisi ulama’ hadith yang berlandaskan pentashihan dan pendhaifan hadith.
5. Jangan mengambil sikap terlalu mudah menolak hadith dhaif sedangkan ulama’-ulama’ yang mu’tabar sudahpun mengambil pendirian dan sikap yang sederhana mengenai menerima dan beramal dengan hadith dhaif.
Mudah-mudahan Allah s.w.t memberi taufiq kepada kita agar dapat mengikuti jalan yang benar lagi lurus dan menjauhi kita daripada menuruti jalan yang sesat lagi menyesatkan.
lihat http://www.al-bakriah.com.my/index.php?option=com_content&view=article&id=252:penerangan-berkenaan-hadis-dhaif&catid=9:soal-jawab-agama&Itemid=25
mhon dikongsi ustaz..syukran
ReplyDelete